Ketika “Kursus” Nengkleng Diterapkan

Picture
Satu dari Lima Sumpah Mengerikan

Di saat Kajeng Kliwon Nyitan dalam sebuah lontar Pangleakan disebutkan bahwasannya ada lima sumpah yang mesti dijalankan. Di mana salah satunya adalah sumpah yang paling ditakuti kalangan penekunya. Apakah itu dan burukkah belajar pangleakan?

    Pada dasarnya ilmu ini sangat rumit dan rahasia sekali. Oleh karena itu jarang seorang guru mau dengan terang-terangan membeberkan ilmu leak.  Sebelum seorang belajar ilmu leak terlebih dahulu harus diketahui otonan atau hari lahir orang tersebut. Hal ini sangat penting, karena kualitas dari ilmu yang dianut bisa diketahui dari otonannya.
    Satu contoh apabila murid mempunyai otonan Sukra (Jumat) Pon Medangsia berarti dewanya adalah Brahma, otomatis karakter orang tersebut cenderung emosional dalam hal apapun, dan digandrungi perempuan. Sang guru harus hati-hati memberikan pelajaran ini. Kalau tidak murid akan celaka oleh ilmu tersebut. Setelah diketahui barulah proses belajar dimulai, pertama-tama murid harus mawinten Brahma Widya, dalam bahasa lontar disebut ngerangsukang kawisesan atau memasukkan ilmu kesaktian dalam tubuh, pada hari yang dipilih sang guru.
    Tahap dasar, diperkenalkan dengan Aksara Wayah (sastra simbol) atau Modre, dalam hal ini tidak bisa dieja, karena aksara tersebut lebih menyerupai simbol. Tahapan berikutnya murid dirajah (ditulisi) seluruh tubuh dari atas sampai bawah oleh sang guru. Semua pekerjaan tersebut dilakukan di kuburan pada saat Kajeng Kliwon Nyitan.
    Kemudian sang murid harus mengucapkan lima sumpah di kuburan : (1) Hormat dan taat dengan ajaran yang diberikan oleh guru, (2) Selalu melakukan ajapa-ajapa atau mantra-mantra menyembah Siwa dan Durga dalam bentuk ilmu kawisesan, (3) tidak boleh pamer kalau tidak kepepet, selalu menjalankan dharma, (4) Tidak boleh makan daging kaki empat, tidak boleh bersetubuh dengan pasangan bukan sah, (5) Tidak boleh menyakiti atau dengan cara apa pun melalui ilmu yang dipelajari.
    Mungkin karena sumpah nomor empat (4) ini sangat ditakuti, akhirnya kebanyakan ilmu ini dipelajari oleh perempuan, sebab (mungkin-red) perempuan lebih kuat menahan nafsu birahi dari laki-laki

Baca lebih lengkap di edisi 22 tahun 2009

Permainan Angka

Picture
Antara Keberuntungan dan Sial

Angka bagi masyarakat ternyata sangat bermakna dan penting bagi mereka. Masyarakat meyakini angka dapat membawa keberuntungan maupun kesialan. Masyarakat sering menyebut angka keberuntungan dan angka sial. Karena angka dijadikan mainan dan dipermainkan.
    Percaya atau tidak, setiap angka memiliki fungsi dan kekuatan berbeda satu dengan yang lainnya. Makna dan kekuatan yang terkandung di dalam angka itu tergantung keyakinan dan kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap angka itu. Pun, tergantung dari sisi mana mereka menilai angka itu. Demikian diungkapkan Jro Mangku Miardi yang tinggal di Desa Wanagiri, Sukasada, Buleleng. 
    Dikatakan lebih lanjut, setiap orang memiliki keyakinan berbeda dalam menilai dan meyakini salah satu angka dari angka 1 sampai angka 9 itu. Satu contoh angka 3 (tiga) misalnya, di satu sisi orang percaya angka tiga itu merupakan angka keramat dan mampu membawa keberuntungan, tetapi di sisi lain ada juga yang memiliki keyakinan sebaliknya di mana angka tiga itu angka sial.
    Sebenarnya, tidak perlu diperdebatkan, karena semua kembali kepada keyakinan setiap individu masing-masing. Artinya, pengertian angka itu diyakini mampu membawa keberuntungan atau tidak, tergatung dari sisi mana mereka menilai angka itu.
    “Menurut pandangan dan penilaian tiang pribadi, kalau ditelaah lebih jauh, angka yang sangat sakral adalah angka tiga dan angka tertinggi adalah angka sembilan. Angka tiga kerap memberi keberuntungan, karena angka tiga merupakan simbol kekuatan Tri Murti, dan simbol lainnya,” pria yang berprofesi pengusaha ini menjelaskan.
    Kalau dikaitkan dengan pemilihan gubernur Bali, Mangku Pastika dan pasangannya naik karena mendapat nomor urut tiga saat mendaftar di KPU Bali. Demikian juga angka sembilan dikatakan angka tertinggi, karena setelah sembilan akan kembali lagi ke posisi nol atau kosong.
    Dalam agama Hindu angka sembilan adalah angka yang digunakan untuk menghitung Dewa yang mengitari dan menjaga jagat raya ini yakni Dewata Nawa Sanga, kalau di Islam di katakana Wali Songo, serta banyak lagi contoh-contoh lainnya.